Selasa, 01 Mei 2012

Usaha-Usaha Pemerintah Dan PT.Lapindo Dalam Mengatasi Bencana Lumpur Panas



Berbagai macam cara telah di upayakan oleh pemerintah dan pihak PT lapindo untuk menghentikan semburan lumpur panas tersebut, namun sampai sekarang, lumpur panas terus keluar dari lobang bekas pengeboran yang dilakukan PT lapindo Berantas.

Beberapa cara yang sudah dilakukan untuk menghentikan semburan lumpur panas lapindo:

1. Menghentikan luapan lumpur panas lapindo dengan menggunakan Snubbing Unit. snubbing unit adalah usaha untuk menemukan rangkaian mata bor yang dulunya digunakan untuk mengebor sumur yang sekarang mengeluarkan lumpur panas. Lalu rangkaian mata bor dapat ditemukan pada kedalaman 2991 kaki, dan sudah dicoba untuk memasukkan material-material yang kiranya dapat mendorong rangkaian mata bor ke dasar sumur (9297 kaki) untuk menutup sumur yg mengeluarkan lumpur panas. Namun, cara ini sia-sia saja. Snubbing Unit gagal mendorong mata bor tersebut sampai ke dasar sumur.

2. Menghentikan luapan lumpur panas lapindo dengan cara melakukan pengeboran miring (sidetracking) untuk menghindari mata bor yang tertinggal di dalam sumur. Proses pengeboran dilakukan dengan menggunakan Ring milik PT Pertamina (persero). Ternyata cara ini juga belum bisa mengatasi bencana lumpur panas lapindo. Cara ini juga gagal karena telah ditemukan terjadinya kerusakan selubung di beberapa kedalaman antara 1.060-1.500 kaki, serta terjadinya pergerakan lateral di lokasi pemboran BJP-1. Kondisi itu mempersulit pelaksanaan sidetracking. Selain itu muncul gelembung-gelembung gas bumi di lokasi pemboran yang dikhawatirkan membahayakan keselamatan pekerja, ketinggian tanggul di sekitar lokasi pemboran telah lebih dari 15 meter dari permukaan tanah sehingga tidak layak untuk ditinggikan lagi. Oleh karena itu, PT.Lapindo melaksanakan penutupan secara permanen sumur BIP-1..

3. Menghentikan lumpur panas lapindo dengan cara pemadaman lumpur, dengan membuat 3 sumur baru (relief well). Tiga lokasi yang dijadikan : Pertama, sekitar 500 meter barat daya Sumur Banjar Panji-1. Kedua, sekitar 500 meter barat barat laut sumur Banjar Panji 1. Ketiga, sekitar utara timur laut dari Sumur Banjar Panji-1. Sampai saat ini, cara ini masih diusahakan, semoga saja cara ini dapat membuahkan hasil.

Nasib Para korban lumpur Lapindo



Sampai saat ini para korban lumpur lapindo masih hidup dengan keadaan yang memprihatinkan, Mereka kehilangan tempat tinggal yang sudah mereka cicil bertahun, kini tempat tinggal mereka sudah tenggelam oleh lumpur. kini mereka tinggal di tempat pengungsian yang disediakan oleh PT Lapindo brantas. Namun ada beberapa dari mereka ada yang pindah keluar kota dan tidak menempati tempat pengungsian yang disediakan Pt Lapindo. Sebelumnya PT Lapindo berjanji untuk membayar kerugian yang diderita oleh para korban, pt lapindo berjanji akan membayar semua kerugian. 


Meskipun mereka tinggal di tempat pengungsian yang telah disediakan oleh Pt Lapindo, tapi mereka juga tetap harus membayar cicilan tiap bulannya. Itu menambah beban mereka yang menjadi korban sedangkan PT Lapindo tidak mau membayar kerugian para korban. Seperti yang dilansir dari salah satu media elektronik para korban lumpur lapindo sudah tidak menerima uang yang seharusnya mereka terima dari PT Lapindo brantas.
Beberapa waktu yang lalu PT Lapindo brantas berjanji akan mengganti kerugian para korban lumpur lapindo dengan cara mencicil setiap bulannya, namun semua itu hanya berjalan beberapa kali saja, setelah itu PT. Lapindo tidak membayarkan lagi sejak beberapa bulan yang lalu. Sudah bermacam cara mereka lakukan untuk mendapatkan hak mereka, namun semua percuma. Yang mereka dapatkan hanya janji-janji saja tanpa ada realisasi.

Penyebab Terjadinya Lumpur Lapindo



Banyak orang berpendapat bahwa semburan lumpur disidoarjo itu terjadi karena adanya gempa yang terjadi dijogja dua hari sebelum ditemukannya semburan lumpur pertama yang berada di sidoarjo. Namun beberapa peneliti seperti Teori Richard Davies, geolog asal Universitas Durham, Inggris, tentang lumpur Lapindo, terbantahkan. Davies sebelumnya berpendapat lumpur disebabkan prosedur kegiatan eksplorasi yang tak layak.
Dia menilai pengeboran gas Banjar Panji-1 tak memenuhi kelayakan.
Banyak pihak yang menjadikan penelitian Davies sebagai pijakan berpikir dan bertindak. Lapindo nyaris tersudut. Padahal, letusan lumpur, menurut penelitian sebagian besar ilmuwan dari berbagai negara, disebabkan gempa bumi yang pernah melanda Yogyakarta dan sekitarnya.
Selain pendapat dari teori Davies diatas Yusuf Wibisono (Dosen Universitas Brawijaya Malang) menyatakan bahwa Setidaknya ada 3 aspek yang menyebabkan terjadinya semburan lumpur panas tersebut.
Pertama, adalah aspek teknis. Pada awal tragedi, Lapindo bersembunyi di balik gempa tektonik Yogyakarta yang terjadi pada hari yang sama. Hal ini didukung pendapat yang menyatakan bahwa pemicu semburan lumpur (liquefaction) adalah gempa (sudden cyclic shock) Yogya yang mengakibatkan kerusakan sedimen.7 Namun, hal itu dibantah oleh para ahli, bahwa gempa di Yogyakarta yang terjadi karena pergeseran Sesar Opak tidak berhubungan dengan Surabaya.8 Argumen liquefaction lemah karena biasanya terjadi pada lapisan dangkal, yakni pada sedimen yang ada pasir-lempung, bukan pada kedalaman 2.000-6.000 kaki.9 Lagipula, dengan merujuk gempa di California (1989) yang berkekuatan 6.9 Mw, dengan radius terjauh likuifaksi terjadi pada jarak 110 km dari episenter gempa, maka karena gempa Yogya lebih kecil yaitu 6.3 Mw seharusnya radius terjauh likuifaksi kurang dari 110 Km.10 Akhirnya, kesalahan prosedural yang mengemuka, seperti dugaan lubang galian belum sempat disumbat dengan cairan beton sebagai sampul. Hal itu diakui bahwa semburan gas Lapindo disebabkan pecahnya formasi sumur pengeboran.12 Sesuai dengan desain awalnya, Lapindo harus sudah memasang casing 30 inchi pada kedalaman 150 kaki, casing 20 inchi pada 1195 kaki, casing (liner) 16 inchi pada 2385 kaki dan casing 13-3/8 inchi pada 3580 kaki.13 Ketika Lapindo mengebor lapisan bumi dari kedalaman 3580 kaki sampai ke 9297 kaki, mereka belum memasang casing 9-5/8 inci. Akhirnya, sumur menembus satu zona bertekanan tinggi yang menyebabkan kick, yaitu masuknya fluida formasi tersebut ke dalam sumur. Sesuai dengan prosedur standar, operasi pemboran dihentikan, perangkap Blow Out Preventer (BOP) di rig segera ditutup & segera dipompakan lumpur pemboran berdensitas berat ke dalam sumur dengan tujuan mematikan kick. Namun, dari informasi di lapangan, BOP telah pecah sebelum terjadi semburan lumpur. Jika hal itu benar maka telah terjadi kesalahan teknis dalam pengeboran yang berarti pula telah terjadi kesalahan pada prosedur operasional standar.14
Kedua, aspek ekonomis. Lapindo Brantas Inc. adalah salah satu perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang ditunjuk BP-MIGAS untuk melakukan proses pengeboran minyak dan gas bumi. Saat ini Lapindo memiliki 50% participating interest di wilayah Blok Brantas, Jawa Timur.15 Dalam kasus semburan lumpur panas ini, Lapindo diduga “sengaja menghemat” biaya operasional dengan tidak memasang casing. Jika dilihat dari perspektif ekonomi, keputusan pemasangan casing berdampak pada besarnya biaya yang dikeluarkan Lapindo. Medco, sebagai salah satu pemegang saham wilayah Blok Brantas, dalam surat bernomor MGT-088/JKT/06, telah memperingatkan Lapindo untuk memasang casing (selubung bor) sesuai dengan standar operasional pengeboran minyak dan gas. Namun, entah mengapa Lapindo sengaja tidak memasang casing, sehingga pada saat terjadi underground blow out, lumpur yang ada di perut bumi menyembur keluar tanpa kendali.
Ketiga, aspek politis. Sebagai legalitas usaha (eksplorasi atau eksploitasi), Lapindo telah mengantongi izin usaha kontrak bagi hasil/production sharing contract (PSC) dari Pemerintah sebagai otoritas penguasa kedaulatan atas sumberdaya alam.

Awal mula terjadinya lumpur lapindo.



Semburan lumpur Lapindo pertama kali muncul di pengeboran sumur Banjar Panji I di Desa Reno Kenongo, Porong, Sidoarjo. Sejak semburan pertama pada 29 Mei 2006 itu  lumpur Lapindo tidak kunjung berhenti. Semula, lumpur menggenangi empat desa dengan ketinggian sekitar enam meter. Semburan lumpur menenggelamkan puluhan desa di Kecamatan Porong, Tanggulangin, dan Jabon tenggelam. Hingga lima tahun lebih tidak ada tanda-tanda lumpur akan berhenti. Akibatnya, semburan lumpur ini membawa dampak yang luar biasa bagi masyarakat sekitar. semburan hingga setinggi 6 meter pada pemukiman, sehingga banyak warga yang diungsikan ke tempat yang lebih aman, ini terjadi karena tempat tinggal mereka tenggelam karena tingginya genangan lumpur dan tidak berfungsinya sarana umum seperti sarana pendidikan,listrik dan air.
selain menimbulkan kerusakan pada tempat tinggal warga, lumpur juga berbahaya bagi kesehatan masyarakat. Kandungan logam berat yang terkandung dalam lumpur sangat tinggi. Hal ini menyebabkan infeksi saluran pernapasan, iritasi kulit dan kanker. Maka dari itu pemerintah meminta untuk masyarakat yang bertempat tinggal dekat dengan semburan lumpur lapindo untuk segera menyelamatkan diri atau mengungsi ke tempat lebih aman, ini dilakukan untuk menghindari jatuhnya korban yang diakibatkan oleh semburan lumpur tersebut.
.